Oleh Irman Syah
SASTRA akan selalu mengusung nilai kehidupan atas kecintaan yang tulus bagi semesta. Kenyataan akan selalu mengalir dalam perjalanan hidup manusia: apa pun itu, semua akan terekam di dalam dada yang lapang dan kemudian muncul mencahaya di muka yang jernih. Komunikasi akan mengalir bersahaja dan cinta yang terkandung di dalamnya tentulah akan menjadi sungai yang mengantarkan jalinan maknanya.
Informasi yang datang silih berganti serta tanggapan yang dimunculkannya tentulah akan menjadi bahasa: sebuah pandangan yang obyektif, netral, dan tidak memihak kepada siapa pun kecuali kebenaran dan pemiliknya.
Hidup akan saling tegur dan akan berbalas sapa melalui kata dan ungkapan nilai lewat budi dan daya. Karya cipta pun bermunculan dan kecintaan menubuh di dalamnya. Tentu saja sebuah karya yang terlahir dari akar yang kuat serta pandangan yang tulus pada kemaslahatan kehidupan. Lain tidak.Keberagaman sikap dan pandangan dari masing-masing manusia merupakan sesuatu yang wajar. Pergerakan hidup dan kehidupan akan mengantarkan cita-cita manusia pada tujuannya. Sesuai niat tentu, tinggal membangun harmoninya. Personal atau kelompok akan menjadi penggerak nilai kehidupan yang tengah bergulir. Tinggal mengatur dan menyeimbangkannya lewat tindakan nyata: tak lupa arah dan tujuan.
Beragam orang dengan sendirinya akan berusaha mencapai keinginan, sementara keinginan tersebutlah yang menjadi musabab terciptanya kebudayaan. Dengan kata lain, di dalam keinginan terkandung beragam kebutuhan, sementara kebutuhan dan pemenuhan kehidupan adalah tiang dasar bangunan kebudayaan. Jadi, kebutuhan kehidupan manusia akan sebuah iklim yang senantiasa damai, tentram, gemahripah loh jinawi akan bisa terujud dengan kebudayaan yang mengacu pada kekukuhan peradaban.
Kenyamanan semacam inilah sangat dibutuhkan. Apabila manusia tidak mendapatkannya maka kesemrawutan pikiran dan tindakan menjadi hambatan bagi lajunya kehidupan yang sehat dan bertata-nilai: apalagi dengan begitu cepatnya perkembangan kebudayaan serta maraknya pertumbuhan teknologi. Semua mesti dilawan dengan cinta dan kasih-sayang pada sesama. Maklumat kecintaan pada kehidupan kemanusiaan semestinyalah perlu disebar lewat karya.
Kesenianlah akan menjadi corong yang selalu menyuarakannya: spirit cinta yang dikandungnya akan membuat komunikasi menjadi sempurna: ada rasa, makna, debar dan getar yang dibentangkan dengan kesungguhan . Nah, kalau permakluman itu telah menyatu dengan sikap hidup manusianya tentulah sebuah kota akan mampu menjadi sentral kebudayaan. Bukankah ‘Maklumat Kecintaan’ melalui budayaan akan mampu menjadi api, atau spirit kehidupan kebersamaan yang gampang dimaklumi. Tidak memihak, kecuali kebenaran dan Penciptanya. *
Bekasi, 2 Februari 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar