Sabtu, 14 Januari 2012

Sajak Negeri Awal Tahun

MELEPAS BELENGGU WAKTU
Oleh: Respati Wasesa

Apalah artinya rangkak jarum di atas angka
Detik berkejaran menuju menit, jam, hari, bulan dan tahun
Aku terlalu gugup menghadapi ini.
Aku tak tega mimpiku terpasung waktu.
bukankah hidup terlalu hitam untuk dikekang?

Barangkali Januari hanya buai sinar dari ufuk barat
Baju-baju lucu tergantung ragu, setengah harga
Oh, kita bertandang ke perangkapnya
lalu jiwa-jiwa tergantikan benda, menguasi hati, menumpas budi
waktu sudah perkasa, kawan. Mengapa kau rituskan?

Aku memang pemimpi
Andai saja waktu tak ternamai
Kita akan sibuk meraba rahasia dan selalu terjaga
Tak ada lagi jarak: sejarah dan hari depan bercumbuan
DALAM PASANG
Oleh : Abdul Hadi WM (1981-1992)

Dan pasang apalagikah yang akan mengenyahkan kita, kegaduhan apa lagi?
Sekarat dan terbakar sudah kita oleh tahun-tahun penuh pertikaian, ketakutan dan perang saudara
Terpelanting dari kebuntuan yang satu ke kebuntuan lainnya 
Tapi tetap saja kita membisu atau berserakan
Menunggu ketakpastian 
Telah mereka hancurkan rumah harapan kita
Telah mereka campakkan jendela keluh dan ratap kita
Hingga tak ada yang mesti kuceritakan padamu lagi tentang laut itu di sana, yang naik dan menarik ketenteraman ke tepi 
Kecuali serpih matahari dalam genggam kesia-siaan ini yang bisa menghanguskan kota ini lagi
Raja-raja dan kediaman mereka yang bertangan besi
Kecuali segala bual dan pidato kumal yang berapi-api
Antara kepedihan bila kesengsaraan dan lapar tak tertahankan lagi 
Kita adalah penduduk negeri yang penuh kesempatan dan mimpi
Tapi tak pernah lagi punya kesempatan dan mimpi 
Kita adalah penduduk negeri yang penuh pemimpin
Tapi tak seorang pun kita temukan dapat memimpin kita....

PADA MULANYA
Karya : Gilang W. Putra Negeri Bekasi

Dunia telah membuka pintunya
persilahkan siang dan malam 
dari waktu yang tersisa..

Ini negeri penuh pesona
dengan sejuta harapan yang terhampar di cakrawala
dari awal mula kisah para pendahulu kita..

Dekapan mimpi-mimpi erat dalam diri
menyatu ke seluruh tubuh bumi
meski perlahan tergerogoti oleh musim 
panas para manusia

Kita masih punya arti 
masih punya harga diri
juga janji, yang entah kapan bisa ditepati !!

Aduhai....
Episode waktu
dari Negeri yang kini gundah gulana...

BALADA NEGERI PELANGI
Karya : Budhi Setyawan, Ketua Forum Sastra Bekasi


matahari masihlah begitu muda
dan berkas kokok ayam jantan tipis saja
pagi ranum di beranda negeri
embun masih berkerumun
di mulut dedaun
berduyun-duyun merindu santun

tidakkah
para penghuni terkenang
ribuan pesan dari tahun-tahun
yang telah berjatuhan

ini negeri
taman-taman panorama
hijau biru memupuk rona
tak jua kikis unggun kesima

ini negeri
taman-taman emas intan
sarat akan pendar kilau
suar cahaya bertebaran

ini negeri
taman-taman surgawi
bertabur permai bersemi
berbiak rindu jantung-hati

ini negeri
kerlip para pemimpi
yang telah terlukis terang
di tembang bayang ilusi

namun pohon pohon keadilan
hanya tubuh rindang bercabang
serta tinggi menjulang
namun berbuah renik, pun teramat jarang
dalam musim yang sedemikian panjang

pagar pagar beton,
kemegahan yang penonton

dahaga sejuk sukma,
masih terus gersang menganga

raba gemetar, tatapan nanar
berpijak goyah, jalan tertatih
terberat sebutan, negeri pelangi

Jakarta, 12 Januari 2012
KEMBALI MEMULAI PERJALANAN
Karya : Budhi Setyawan


sepertinya pintu waktu kemarin
belum rapat terkatup
dari kacanya masih terlihat
membukit menggunung
catatan dan goresan
para penggenggam amanat negeri
atas letupan ikrar yang tergelar
namun tak jua usai
meninggalkan himpunan:
perih dan luka
pedih dan duka

kini telah masuk
kembali ke awal kebaruan
perhitungan langkah-langkah
yang akan didorong ke muka

lalu apa yang akan disuarakan
tatkala masih membeban
bayang kegagalan kian berspora
di pungung-punggung pejalan

sepertinya mesti sejenak ke dalam
gua gua pertapaan
memahat renung kesejatian
sembari menelusur ingatan
di mana keyakinan putih
yang sesuci purnama
tekun bersemayam
yang pada kepurbaan
merawat kesahajaan
ataukah tak lagi tersadap
oleh ritme debaran:
kota-kota yang pongah
desa-desa gelisah

Jakarta, 12 Januari 2012
SEMALAM
Karya: Arlin Widya Safitri


Semalam
gegap gempita merajai langit malam
kembang api menari-nari
berenang dalam lautan manusia
terompet nyaring berbunyi

Terdiam di seberang jalan
menjamah sepi wajah-wajah jalanan
anak-anak menjemput sajian semu langit malam
orang gila terasing menjamah mimpi
waria berjingkrak pesonakan berahi

Oh… malam
tak seperti keluguan malam yang kutemui
angin sunyi
diselimuti dingin malam
berhias nyanyian jangkrik
di bawah redup rembulan
menambah kesyahduan peraduan hati

Bandung, Januari 2012
SITUN KONG GUNTUR ELMOGAS
Mari bersama trus kita galang
Tenaga muda tiada terbilang
Tiada waktu untuk bersulang
Budaya Bekasi banyak yang ilang

Saatnya kita bersatu 
Sesama kawan saling membantu
Jauhkan pikiran buntu
Curahkan ide bermutu

Ini budaya wajib dirawat
Supaya Bekasi bertambah kuat
Kami tak ingin bangsa yang gawat
Makanya orang miskin jangan kelewat

Kalo kuping dah pada torek
Coba dengarlah teater korek
Setiap sastra pasti diderek
Di sana mpumpul ya arek-arek

4 komentar:

  1. indah nian coretan petuahmu... gugah apa yang tertancap di kalbu... kau buatkan ranjau hingga kuberdetak pelan... ingin mati meski kutak mau mati... ~mungkin kuharus belajar berdiri lagi~

    punten admin, ini komunitas sastra di jkt or bukan? apa bisa jadi anggota?

    regards,

    zuwaily_si penebar kelam_

    BalasHapus
  2. Ini di Bekasi, Zuwaily. Terbuka buat siapa saja. Silahkan ikuti Facebook kami, Komunitas Sastra Kalimalang. Setiap Jumat, puisi-puisi dan cerpen terbit di Radar Bekasi, Rubrik Sastra Kalimalang. Siapa pun boleh menulis.

    BalasHapus
  3. sy di jakbar... apa boleh bergabung? ^_^

    BalasHapus
  4. Boleh sekali Mas. Silahkan berkunjung ke gubuk kami, di samping Kampus Unisma Kota Bekasi. Atau, di seberang Jalan Chairil Anwar Kota Bekasi.

    Kami buat taman bacaan/perputakaan berbentuk saung. Perpustakaan Pinggir Kali namanya.

    BalasHapus