Kamis, 16 Februari 2012

Patut dan Mungkin dengan Cinta dan Kasih Sayang

Oleh Irman Syah
TIGA TOPIK PEMBICARAAN yang mengemuka minggu terakhir ini dalam pemberitaan Media massa, Elektronik dan Jejaring Sosial antara lain; Falentine, Anti-FPI, dan Angelina Sondakh. Masyarakat seakan dibius oleh beragam pendapat dan penilaian. Kenyataan ini seakan menyedot perhatian berbagai kalangan. Semua dibungkus dengan kemasan yang berbeda dan tersebar begitu saja untuk dinikmati oleh rasa yang berkecamuk dalam diri masyarakat yang telah sumpek oleh banyaknya persoalan lain yang menghimpit kenyataan kehidupan mereka.
Pemandangan di atas merupakan keadaan dan kenyataan, bagaimana negeri ini  tengah dilanda berbagai macam dan bentuk persoalan yang tak habis-habisnya. Semua itu terbuka dan langsung diantarkan ke bilik-bilik kehidupan masyarakat itu sendiri. Berita bergerak laksana air yang membah hingga tanpa disadari manusia di negeri ini telah dilingkupi genangan persoalan yang mereka sendiri tidak begitu tahu betul apa kenyataan yang sesungguhnya terjadi. Walau pun begitu, mau tidak mau mereka mesti terlibat dengan wacana dan berita yang diantarkan melalui ragam media tersebut. Belum lagi kenyataan keseharian tentang perjuangan hidup keluarga yang mesti diemban dengan peliknya.

Begitu mahalnya kenyamanan di negeri ini. Sepertinya, tak henti-henti persoalan muncul dan mengemuka dan kemudian berubah pula menjadi bahasa yang porak-peranda ketika diterjemahkan, menuding kenyataan atau perilaku yang diberitakan di media. Anehnya semua itu berlangsung begitu saja: semua berita yang muncul itu seakan-akan  bisa dan mampu diselesaikan pula oleh mereka lewat omongan di warung atau  (di mana pun) di tempat-tempat mereka berada.  Ini pun tanpa kecuali – beragam kelas sosial -- semua terbius untuk ‘menggunjing’kannya, padahal diri sendiri masih susah dalam usaha dan pencarian untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Begitulah, kenyataan yang aneh ini bergulir dari waktu ke waktu sesuai dengan persoalan yang dimunculkan sentral-sentral komunikasi.

Persoalan-persoalan yang menghimpit rakyat dan negeri ini tak bisa dibiarkan lagi. Semua mesti diselesaikan demi kenyamanan dan kelayakan hidup masyarakat. Kalaulah masyarakat tidak dapat menikmati hidup secara damai apa maknanya janji yang telah diikrarkan oleh pendahulu bangsa ketika mendirikan negeri ini. Sepertinya ‘Cinta’ dan ‘Kasih sayang’-lah yang menjadi pangkal-balanya. Disebabkan cinta dan kasih sayang begitu berjarak dengan hati manusia maka nilai-nilai telah terbuang jauh dan tindakan yang muncul sulit untuk diraba. Jalan sastu-satunya tak lain kembali pada cinta dan kasih sayang: mendekatkan hati kepada nilai-nilai luhur yang memang amat dibutuhkan. Kalau tidak, kepentingan pribadi yang lebih menonjol dalam segala tindak-laku kehidupan.

Akhirnya, tiga topik pembicaraan yang membuka di awal tulisan ini, yakni;  Falentine, Anti FPI, dan Angelina Sondakh mestilah dihadapi dengan cinta dan kasih sayang, ‘rasa’ dan ‘periksa’ sebagai patokannya. Nilai-nilai kehidupan itulah yang akan mampu menimbang dan memutuskannya. Di dalamnya terkandung ‘patut’ dan ‘mungkin’: kadang patut, tapi tak mungkin, terkadang mungkin tapi tak patut. Memilih dan memutuskan kebijakan demi kepentingan negeri ini dan tidak melupakan rakyatnya tentulah dengan ketulusan hati yang mampu menyelam di antaranya.  (www.irman-syah.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar