MataKu Tembus
Jiwaku Halus.
Bertambah besarlah Kema(L)uanku.....!
lantas apa Ma(L)u Mu?
Jiwaku Halus.
Bertambah besarlah Kema(L)uanku.....!
lantas apa Ma(L)u Mu?
---Ekkie---
DOA DARI PENGKOLAN PEKAYON
meskipun aku hidup di jalanan
aku masih memiliki hati dan rasa
pada mereka yang berjuang melawan lapar,
ibu-ibu peminta di pematang kota
aku ingin membaginya secuil riski
tapi aku tak cukup daya untuk mengayomi
seandainya saja aku punya pundi berlebih
tak mungkinku memberinya sedikit
oh, Allah, bantulah aku mengangkat mereka
membangunkan tangan yang tergeletak di atas aspal
aku tak rela mereka dilindas kaki-kaki angkuh
mereka juga manusia, seperti aku dan kalian
mengapa yang susah kian tersusahkan
sementara yang mapan tambah termapankan
aku ingin semua manusia sama di hadapanMu
Ya Rahman, sayangilah kami yang hidup dalam dekap debu jalanan.
Karya Jenong (19), Pengamen di Pekayon
YANG MAHA INDAH
apakah Tuhan adalah Ibu?
atau Tuhan adalah Ayah?
ah, ternyata Tuhan merupakan segala
setiap melangkah, dalam derap ia mengada
katanya Tuhan itu indah
seperti pemandangan yang kulihat setiap hari:
pengendara motor, asap-asap atau limbah pabrik
tetapi, apakah cukup kita mengenalNya dengan seperti itu?
ternyata Tuhan selalu ada di antara ketiadaan
Ia tak berayah, juga tak beribu
Ia terus mengalir dalam darah di tubuh kita
Tuhan itu dekat sekali
Engkaulah penguasa langit dan bumi
Engkau begitu indah seperti ayah dan ibuku
Engkau, ah, Maha sempurna dari semua di sini,
di alam ini.
Karya Kadil (13), pengamen di perempatan Unisma
MALAM MENJELANG PAGI
ayam jago mulai bernyanyi
penanda malam berganti pagi
azan Subuh pun sudah menanti
saatnya kita Salat kembali
malam menjelang pagi
pagi berganti siang
terik melemah membuka sore
senja kembali jadi malam
itulah waktu yang terus berputar
waktu yang sulit untuk mundur dan kembali
mari, pasrah dan berserah diri pada Illahi
sebab, itu semua adalah solusi.
Karya Riski (12), pengamen di Rawa Panjang
INGINKU INGINMU
Tuhan mencipta kami
kami mebuat karya
perjalanan jauh
karya kami kemauan Tuhan
susah payah kami lalui bersama
suka duka kami hadapi bersama
kebersamaan menguatkan kami
ide bertautan dalam nada-nada cinta
inginku adalah inginMu juga
di jalanan kami berkarya bersama
Tuhan, aku tahu Kau menaungi
kami bukankah apa-apa tanpaMu
Karya Wahyu (15), pengamen di Rawa Panjang
TUHAN ADALAH AKU
Tuhan adalah aku
aku adalah Tuhan
semua nafasku adalah Tuhan,
dan karya-karyaku juga Tuhan
kutulis puisi hanya untukMu, Tuhanku
karena pena ini digerakkan olehMu juga
tanpaMu, aku bukan apa-apa
aku butuh Kamu
ketika aku memandang
ketika aku bercermin
ternyata Tuhan melebur di jalanan,
selalu menghidupiku, setiap waktu
Karya Siti Fatimah (16), pengamen di Pekayon
REMBULAN PUN BERTAHAJUD PADAMU
dalam lembaran malam
rembulan khusyuk tahajud hadapMu
bersajadah langit
bertasbih bintang bintang
indah cahayanya
adalah resonansi gelombang suci
nyanyi sunyi jiwa sufi
takjub atas kelezatan cintaMu
sujud yang panjang
melelehkan beku malam
kian meluap sungai rindu
menuju mata air cinta
menelusup ke muara cinta
(karya: Budhi Setyawan,
Forum Sastra Bekasi)
dalam lembaran malam
rembulan khusyuk tahajud hadapMu
bersajadah langit
bertasbih bintang bintang
indah cahayanya
adalah resonansi gelombang suci
nyanyi sunyi jiwa sufi
takjub atas kelezatan cintaMu
sujud yang panjang
melelehkan beku malam
kian meluap sungai rindu
menuju mata air cinta
menelusup ke muara cinta
(karya: Budhi Setyawan,
Forum Sastra Bekasi)
SITUN KONG GUNTUR ELMOGAS
SITUN RADA OBLAG
Telah Kong tulis selembar sastra
Tiga situn seolah mantra
Jelas, danta dan njatra
Demi Napas damai sejahtera
Pengen maksud hati menghibur
Satukan angan biar ngga kabur
Kali aja imej ngga di kubur
Ngisi waktu slagi ngga lembur
Anak kuda di Karang Congok
Pu'un aren kalinya item
Udah ya cucu dilongok
Engkong 'mang keren orangnya putih
Nabiyallah penyayang ummat
Kata-katanya bagai azimat
Dari dulu ampe kiamat
Penuntun kita jalan selamat
PadaMu Allah kumohon ampun
Pada mulanya kami serumpun
Sunda Batak Jawa sekalipun
Solat kami masih celang cepun
SITUN RADA OBLAG
Telah Kong tulis selembar sastra
Tiga situn seolah mantra
Jelas, danta dan njatra
Demi Napas damai sejahtera
Pengen maksud hati menghibur
Satukan angan biar ngga kabur
Kali aja imej ngga di kubur
Ngisi waktu slagi ngga lembur
Anak kuda di Karang Congok
Pu'un aren kalinya item
Udah ya cucu dilongok
Engkong 'mang keren orangnya putih
Nabiyallah penyayang ummat
Kata-katanya bagai azimat
Dari dulu ampe kiamat
Penuntun kita jalan selamat
PadaMu Allah kumohon ampun
Pada mulanya kami serumpun
Sunda Batak Jawa sekalipun
Solat kami masih celang cepun
MAHABAH
berikan aku setetes cinta
maka kupeluk kau dalam kobaran nestapa
sehingga suci menjadi debu sejati
berikan aku curahan kasih
akan kurengkuhkau menyelami lumpur hitam kejadian
sehingga kita kembali pada akar asal dan mula
berikan aku buaian sayang
maka kugenggam tangan mu yang halus untuk menyelusuri taman bunga kasturi
di kebun swargaloka kukecup dalam kehampaan cinta
tetapi akan aku berikan padamu suka dan cita
Oleh: Mustofa Rafieq (Tambun Bekasi 21/12/2011)
Dekadensi moral
Karya : Ummi Rissa
Karya : Ummi Rissa
DEKADENSI MORAL
Karya : Ummi Rissa
Karya : Ummi Rissa
Ada cerita jahiliah modern di negeriku, anak-anak yatim terlantar di jalanan:
bayi tak berdosa tergolek di tong sampah. Bayi merah masih berlumur darah lengkap dengan plasenta hanyut terbawa derasnya air kali.
bayi tak berdosa tergolek di tong sampah. Bayi merah masih berlumur darah lengkap dengan plasenta hanyut terbawa derasnya air kali.
Seorang ibu membakar anaknya hidup-hidup, tega menyiksa anak kandungnya, tanpa rasa tanpa kasih sayang dan tanpa belas kasihan. Seorang suami menyiksa istri tanpa nurani, bahkan membantai tanpa welas-asih hingga turkulai lemah tergolek tanpa nyawa di raga. Ada mayat tergolek, terpotong potong lima. Istri membakar suami tercinta dengan segala amarah yang membabi buta. Di ujung kota ada pasangan hidup bersama tanpa tali perkawinan: sepertinya sudah biasa!
Banyak anak perawan mempunyai bayi, malah bangga! Janin tak berdosa dikeluarkan paksa dari rahim para pezina. Orang tua dijadikan budak oleh anak anaknya, anak menjadi raja-diraja, para ibu menjadi pesuruh dan pembantu anaknya. Tak ada lagi sopan santun, tak kenal lagi rasa ta’zim, apalagi balas budi. Apakah anak-anak tak kenal lagi siapa nabinya? Siapa junjungan dan sesembahannya? Masjid sepi surau sunyi langgar tak berpenghuni lagi, hanya ada suara renta mengumandangkan adzan.
korupsi merajalela, koruptor kelas kakap mencuri miliaran hingga triliunan rupiah! Hidupnya semakin makmur walau seolah-olah dipenjara. Sementara maling ayam pencopet recehan bahkan nenek nenek yang nemu dua buah coklat, dipenjara sekian lama. Padahal untuk menyambung hidup dan untuk sesuap nasi saja. Inikah krisis keimanan? Inikah jahiliyah modern?
Wahai manusia yang di hatinya masih tersisa keimanan, wahai pemuda yang pernah diajarkan tentang keimanan, suami-suami, istri-istri, anak-anak yang pernah lahir dari rahim seorang ibu, anak anak perawan yang masih tersisa keperawanannya, para orang tua yang menelantarkan anaknya, orang mampu yang tak peduli pada yatim dan orang orang papa di sekitarnya, wahai semua elemen yang merasa manusia: tidakkah takut akan janji janji Allah, tidakkah kalian takut akan murka Allah?
jika Allah sudah berfirman: WAMTAZUL YAUMA AYYUHAL MUJRIMUUN!
keluar dari surgaKu wahai para jahannam!
keluar dari surgaKu!
tendangan itu begitu menyakitkan
hardikan itu sungguh menakutkan.
ampuni kami ya Robb
ampuni kami ya Allah
Kami baru sadar, ketakutan ini begitu menakutkan. Hendak lari ke mana kami? Sedangkan dunia dan isinya adalah milik-Mu. Hendak bersembunyi ke mana ? Sedangkan kolong langit adalah milik-Mu jua, tak ada tempat lagi bagi kami tuk bersembunyi dari amukan dan murka-Mu. Ya Allah tolong ampuni kami. Rahmati hidup kami, karena tanpa ampunan dan rahmat-Mu, apalah artinya hidup kami.
Allahu akbar, Allahhu akbar
Allahu akbar Allahu akbar
ILAHI LASTU LILFIRDAUSI AHLA
WALA AQWA ‘ALANNARIL JAHIMI
FAHABLI TAUBATAN WAGFIRLI DZUNUBI
FAINNAKA GHOFIRU DZANBIL ‘ADHIMI
WALA AQWA ‘ALANNARIL JAHIMI
FAHABLI TAUBATAN WAGFIRLI DZUNUBI
FAINNAKA GHOFIRU DZANBIL ‘ADHIMI
Duhai Tuhanku, kami ini bukanlah ahli surga,tapi sungguh kami tidak akan kuat menahan siksa nerakaMu. Dosa kami sebanyak buih-buih di lautan. Dosa kami sebanyak pasir pasir di pantai, begitu banyak dan tak terhitung jumlahnya. Maka terimalah taubat kami dan ampunilah dosa dosa kami karena kelalaian kami. Sesungguhnya Engkau pengampun dosa dosa yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar