Detik melaju
mengubah hari berganti bulan
berapa tahun kita berpisah
Laun lepas suaramu
samar melayang hilang
tinggalkan seberkas kenangan
Walau jumpa dulu
hanya angan-angan bicara
namun kurasakan erat genggam jemari tanganmu
melahirkan kaulah saudaraku
Ingat masa lalu kala kita bersatu
dendangkan irama cinta kasih dan sayang
dalam menempuh perjalanan
cinta yang kini hanya arsiran semu menghitam
merangkai hati legam mengukir diri
Karya Dedies P Siregar
DERAI DERAI CEMARA
Chairil Anwar (1949)
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
Chairil Anwar (1949)
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
SESUATU
karya : Syarla
Sesaat lalu
Sesak itu
Dalam jejak diri
Menyeruak
Dan aku
Menoleh untuk tersenyum
Menengadah untuk melepas sesak
Menatap dan melangkah ke depan
karya : Syarla
Sesaat lalu
Sesak itu
Dalam jejak diri
Menyeruak
Dan aku
Menoleh untuk tersenyum
Menengadah untuk melepas sesak
Menatap dan melangkah ke depan
SITUN KONG GUNTUR ELMOGAS
Udah kelewat taun nyeng silam
Biarin semua kelam
Ngga ada kisah ngga ada kalam
Semua sekadar timbul tenggelam
Paling cerita si sendal jepit
Lama terjadi di bulan apit
Hukum rimba di kempat-kempit
Oleh penggede nyeng tungkeripit
Taun baru ngga ada beda
Kemerosotan moral tetep melanda
Kaga nyeng tua kaga nyeng muda
Ama duit semua kegoda
Biarin semua kelam
Ngga ada kisah ngga ada kalam
Semua sekadar timbul tenggelam
Paling cerita si sendal jepit
Lama terjadi di bulan apit
Hukum rimba di kempat-kempit
Oleh penggede nyeng tungkeripit
Taun baru ngga ada beda
Kemerosotan moral tetep melanda
Kaga nyeng tua kaga nyeng muda
Ama duit semua kegoda
AKU DALAM RUANG PENGAP KINI
karya : Rindiatika
Rintik hujan memanggil dalam bisik ibu kota
gaduh menyeringai pada papan-papan yang menumpuk segala beban
masih mungkin untuk mengulang segala rindu tahun lalu
ukir segala harap di ruang waktu
esok pagi..
Aku bicara pada nadir kehidupan yang sulit terbaca
mungkin tak cukup membuat siapa pun paham
semua orang kini berteriak malang
susah, resah, bimbang disimpang perjalanan
mungkin akan memutuskan atau hanya diam dalam kuncup penantian
ah, aku dendam pada setiap pilu yang ada
Aku punya banyak mimpi yang ingin kuukir waktu ini
sedang kumpulkan banyak warna untuk lukis pelangi di langit gelap negeri ini
meski dalam pengap harap yang merayap dalam gelap
karya : Rindiatika
Rintik hujan memanggil dalam bisik ibu kota
gaduh menyeringai pada papan-papan yang menumpuk segala beban
masih mungkin untuk mengulang segala rindu tahun lalu
ukir segala harap di ruang waktu
esok pagi..
Aku bicara pada nadir kehidupan yang sulit terbaca
mungkin tak cukup membuat siapa pun paham
semua orang kini berteriak malang
susah, resah, bimbang disimpang perjalanan
mungkin akan memutuskan atau hanya diam dalam kuncup penantian
ah, aku dendam pada setiap pilu yang ada
Aku punya banyak mimpi yang ingin kuukir waktu ini
sedang kumpulkan banyak warna untuk lukis pelangi di langit gelap negeri ini
meski dalam pengap harap yang merayap dalam gelap
DIANTARA KITA
sebab kita yang memilih melebur musim masing-masing
saling mendatangi, menikam rindu,
hingga senggema suara kita tumbuh menjadi monumen pengingkaran terhadap tujuh warna pelangi
kita telah menjadi angin yang tertawa ditusuki hujan
meluncur bersama rotasi ribuan komet-komet
menari ketika tetap pilihan di ujung menawarkan dua pintu bertentangan
kita mengasah ketajaman air mata, pada sisa purnama sya'ban
supaya bumi yang ditetesi luka, membusuk,
lalu aromanya menggedor lapisan neraka
di mana kerangka sepasang sayap telah lama menanti arwah
menanti untuk terbang mengusung cendana dari surga
sebab kita telah menuntaskan peperangan
bukan sebagai pandawa atau kurawa
bukan sebagai oposan kiri-kanan
tapi sebagai diri kita sendiri
menuntaskan episode berjarak
menuntaskan darah dari dalam bebatuan
menuntaskan nyawa para pendusta
kita yang telah memilih melebur musim masing-masing
dalam sajak suara
sejak suara
menjejak dalam suara
pabrik
19-07-2011
FRAGMEN HARI
Oleh: Amelia
Pada hitungan waktu
hari bergulir dalam pamitnya yang tulus
dengan segala kesaksian yang tertancap
pada harapan yang lahir di jalan-jalan
Biarlah roda kehidupan terus berputar
Kendati kita tahu racun dunia
telah menjadi candu
namun tekad tulus harus tetap ditahta
Di penantian harap
pada penghujung tahun,
sepenggal doa terucap dalam sanubari
bahwa hidup harus merasai
Aku ingin mengajakmu membuka mata dunia
untuk mimpi-mimpi yang kini
tak mampu keluar di negeri kita..
Awan gelap menyelimuti tubuh yang mendengkur
pejuang selalu terlukis di ujung lidah,
tanpa tulang bukan berarti lemah..
Kita punya impian yang mampu
melesat menembus malam.
IMPIAN...!!
bukan MIMPI bang !!
Biar malam terus ada..
Biarkan serigala memakan bangkai..
Ketika matahari membuka tabir
mereka telah binasa oleh panah-panah racun
yang racunnya adalah air liur si serigala
yang masih tersisa di mangsanya,
dan ujung panah impian adalah
penembus kulit di kala gelap..
Kita tak akan dimangsa
ketika kita adalah angin malam yang menyusup
dan menghantarkan panah-panah
yang melesat tanpa kata
menembus jantungnya...
Semoga kau mau membantu angin
yang terus menjelajahi malam...
(Dimuat di Harian Radar Bekasi (06/1/2012) halaman 06, Rubrik Sastra Kalimalang)
Oleh: Amelia
Pada hitungan waktu
hari bergulir dalam pamitnya yang tulus
dengan segala kesaksian yang tertancap
pada harapan yang lahir di jalan-jalan
Biarlah roda kehidupan terus berputar
Kendati kita tahu racun dunia
telah menjadi candu
namun tekad tulus harus tetap ditahta
Di penantian harap
pada penghujung tahun,
sepenggal doa terucap dalam sanubari
bahwa hidup harus merasai
Aku ingin mengajakmu membuka mata dunia
untuk mimpi-mimpi yang kini
tak mampu keluar di negeri kita..
Awan gelap menyelimuti tubuh yang mendengkur
pejuang selalu terlukis di ujung lidah,
tanpa tulang bukan berarti lemah..
Kita punya impian yang mampu
melesat menembus malam.
IMPIAN...!!
bukan MIMPI bang !!
Biar malam terus ada..
Biarkan serigala memakan bangkai..
Ketika matahari membuka tabir
mereka telah binasa oleh panah-panah racun
yang racunnya adalah air liur si serigala
yang masih tersisa di mangsanya,
dan ujung panah impian adalah
penembus kulit di kala gelap..
Kita tak akan dimangsa
ketika kita adalah angin malam yang menyusup
dan menghantarkan panah-panah
yang melesat tanpa kata
menembus jantungnya...
Semoga kau mau membantu angin
yang terus menjelajahi malam...
(Dimuat di Harian Radar Bekasi (06/1/2012) halaman 06, Rubrik Sastra Kalimalang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar