Oleh ANTARA NEWS (30/10/2011)
Sekitar 250 guru bahasa dan siswa mengikuti Workshop Apresiasi Sastra Musikalisasi Puisi yang diadakan Komunitas Sastra Kalimalang di Gedung Juang, Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Minggu.
Ketua Pelaksana Kegiatan, Ane Matahari di Tambun, Minggu, mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan selama dua hari.
Menurut Ane, ada sekitar 250 peserta yang terdiri dari 84 guru sastra dan bahasa mulai dari SD, SMP, dan SMA Se-Kabupaten Bekasi, 120 siswa SMP dan SMA serta 50 orang dari penggiat sastra dari wilayah setempat.
"Kami ingin memberikan pemahaman baru tentang sastra dan musikalisasi puisi kepada para guru dan siswa, sebab sekolah memiliki peran penting dalam pengenalan terhadap dunia sastra," kata Ane.
Menurut Ane, selama ini dunia sastra didominasi oleh para sastrawan, sedangkan kelompok masyarakat lain seolah-olah hanya diposisikan sebagai penikmat sastra. Padahal, kata dia, sastra bisa diciptakan oleh siapa saja tanpa mengenal kasta.
Musikalisasi puisi, kata Ane, belum banyak dikenal oleh kalangan guru dan siswa. Padahal, sudah masuk dalam kurikulum pendidikan sastra dan bahasa, termasuk di Kabupaten Bekasi.
"Musikalisasi puisi sebenarnya bukan aliran baru dalam sastra, namun masih belum banyak diketahui oleh guru dan siswa. Musikalisasi adalah mengubah puisi menjadi lagu dengan harmonisasi nada," ujarnya.
Dikatakan Ane, acara tersebut menghadirkan beberapa sastrawan terkemuka, seperti Jose Rizal Manua yang membawakan materi penciptaan puisi, Helvi Tiana Rosa yang menyampaikan materi pengajaran dongeng dan sastra untuk siswa, Guntur El Mogas membawakan Puisi dan Pantun Khas Bekasi.
"Saya kebetulan didaulat membawakan materi musikalisasi puisi," kata Ane, yang juga pimpinan Sanggar Matahari yang memberi perhatian kepada Musikalisasi Puisi.
Ditambahkan Ane, proses workshop dilakukan interaktif, dengan melakukan praktik langsung. Misalnya, tugas yang diberikan Jose Rizal Manua kepada peserta untuk menciptakan puisi tentang Gedung Djuang dan selanjutnya dimusikalisasikan dengan iringan musik dari Sanggar Matahari.
"Peserta diminta untuk menciptakan puisi dan diubah menjadi musikalisasi puisi," kata dia.
Menurut Ane, Komunitas Sastra Kalimalang baru terbentuk kira-kira tiga bulan lalu yang anggotanya terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari seniman, sastrawan, mahasiswa, pelajar, guru, dosen, satpam, sopir angkot, pedagang kaki lima sampai tukang ojek.
"Semua orang pada dasarnya memiliki jiwa seni, hanya saja kadang tidak percaya diri untuk mengungkapkannya. Komunitas ini dibentuk untuk mewadahi potensi tersebut, termasuk menampung kegelisahan mereka," tambahnya.
Setiap sepekan sekali, lanjut Ane, komunitas ini mengadakan acara pembacaan puisi dan karya sastra di tepi Kalimalang tepatnya di samping Unisma Bekasi. Bahkan, karya-karya para anggotanya sudah mulai dimuat di beberapa media lokal di Bekasi.
"Kalau satpam, tukang ojek dan pedagang warung menciptakan puisi memang kenapa? Meskipun tidak sedasyat karya para sastrawan, tapi setidaknya, itu adalah kegelisahan mereka dan apresiasi diri mereka," kata Ane.
Sementara itu, Sekretaris Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia tingkat SMA Kabupaten Bekasi, mengatakan, kegiatan tersebut akan membuka wawasan sekaligus mengembangkan kemampuan siswa dan guru dalam dunia sastra.
Apalagi, kata dia, ada kemasan berbeda dengan musikalisasi puisi yang akan menjadi warna alternatif kalangan pendidikan dalam mengembangkan kesastraan di dunia pendidikan.
"Justru saya berterima kasih dengan kegiatan semacam ini. Ini akan menjadi babak positif pengembangan sastra di dunia pendidikan," katanya.
Arsip:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar